BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang penuh
dengan keberagaman, mulai dari keberagaman suku, bahasa, hingga agama. Kerukunan
dan toleransi antar umat beragama merupakan konsekwensi serta kebutuhan hakiki
dari kemanusiaan yang universal, yang tidak dapat ditolak dan wajib diusahakan
oleh setiap insan beragama. Penghargaan
terhadap agama/umat beragama lain, hidup rukun dan damai dengan umat beragama
lain, bukan hanya merupakan kebutuhan dan tuntutan atau kewajiban keagamaan,
tetapi lebih luas dan dalam dari itu, yaitu karena kemanusiaan.
Oleh
sebab itu pengetahuan tentang agama
lain sangat dibutuhkan, Sehingga tercipta kedamaian dan kerukunan antar umat
beragama, serta dapat mengetahui fenomena yang ada di agama lain. Dalam makalah
ini penulis mengambil judul Fenomena Yang Ada Di Agama Budha, dengan maksud
untuk berbagi pengetahuan agar pembaca lebih memahami tentang agama ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH AGAMA BUDHA
Sejarah agama Buddha di mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, Budha adalah salah satu agama tertua yang masih
dianut di dunia.[1] Budha terbentuk dari kata kerja “budh” yang artinya
bangun, bangun dari dalam kesesatan dan keluar ditengah-tengah cahaya
pemandangan yang benar. Budha adalah orang yang mendapat pengetahuan dengan
tidak mendapat wahyu dari Tuhan dan bukan dari seorang guru. Sebagaimana
disebutkan dalam Mahavagga 1, 67,: “Aku sendiri yang mencapai pengetahuan, akan
kukatakan pengikut siapakah aku ini ? aku tak mempunyai guru, aku guru yang tak
ada bandingannya”.[2]
Budha bukanlah nama seseorang, melainkan gelar. Nama
pendiri agama Budha adalah Sidharta Gautama. Ia dilahirkan dari seorang Raja
Sudhodana di Kapilawastu, sebekah utara Benares di daerah Nepal pada tahun 566
SM. Diwaktu beliau dilahirkan, beberapa brahmana pandai meramalkan bahwa anak
ini akan meninggalkan kerajaan, dan akan menjadi bikshu. Mendengar ramalan ini,
ayahnya bertekad untuk menjadikan anak ini raja. Ia melakukan segala cara,
mencoba memikat hati putranya dengan memanjakannya dengan segala kenikmatan
hidup. Dengan cara demikian tidaklah imbul keinginan untuk meninggalkan segala
kenikmatan itu dan menggantinya dengan hidup yang serba berat dan penuh
penderitaan sebagai bikshu. Untuk Sidharta didirikan kerajaan yang indah-indah.
Di sekitarnya, hanya ada orang muda, sehat, dan cantik, hingga Sidharta tak
mengenal sakit, susah, sengsara, tua, dan kematian.[3]
Ia mendapat pengajaran yang sempurna dalam segala kecakapan
dan ilmu yang perlu bagi seorang kesatriya, sehingga dalam segala pertandingan
ia selalu menang. Ketika berusia 15 tahun, beliau menikah dengan seorang putri
dari negara tetangga yang bernama Yashodara, dan mendapat seorang putera yang
bernama Rahula. [4]
Sidharta adalah seorang yang tampaknya telah memiliki
seluruh hal yang diinginkan oleh manusia, seperti keluarga Sidharta memiliki
garis keturunan yang baik dari kedua orang tuanya, kekayaannya sebagai pewaris
tahta orang tuanya, keindahan fisik Sidharta yang berperawakan gagah dan
tampan, membangkitkan kepercayaan, serta istrinya yang tak ada bandingannya,
anggun bagaikan ratu dari surga, mantab pribadinya, gembira diaat siang dan
malam, kedudukannya tinggi, dan kehalusan budi yang luar biasa, yang telah
melahirkan seorang putera baginya.[5]
Walaupun memiliki semuanya di usia 20 tahun, ia merasakan
keresahan jiwa yang mendorongnya meninggalkan seluruh kekayaan duniawinya itu.
Secara kebetulan dan berurut-turut ia melihat peristiwa yang menggoncangkan
hidupnya, yaitu seorang tua jompo, orang sakit, mayat yang diangkut, dan
seorang pengemis. Meskipun sebelumnya sudah diatur sedemikian rupa oleh raja
Sudhodana, agar di tepi jalan jangan ada pemandangan yang dapat menimbulkan
pikiran tidak baik oleh Sidharta.[6]
Sidharta sangat tertarik oleh ketenangan dan kebahagiaan
yang bersinar dalam mata pengemis iu, oleh sebab itu, diputuskannya untuk
meninggalkan untuk meninggalkan kerajaan dengan segala kenikmatannya. Sidharta
pergi mengembara kehutan raya untuk mencari kebenaran yang mendatangkan
kebahagiaan bagi semua orang. Pada saat pergi, dewa membantunya. Ia pergi pada
suatu malam dengan menaiki kuda kanthaka dan diiringi oleh pengawalnya yang
bernama Ghanna. Pagi harinya, setelah jauh dari Kapilawastu ia mengganti
pakaiannya yang indah dengan pakaian yang sederhana, dan menyuruh pengawalnya
pulang membawa kudanya. Sidharta terus mengembara untuk mencari pengetahuan
batin yang setinggi-tingginya.[7]
Enam tahun ia mengembara namun belum juga memperoleh apa
yang dicarinya. Pernah ia menjumpai dua orang guru yang menyuruhnya untuk
menyiksa diri, namun ajaran itu belum juga dapat memberikan kepuasan baginya.
Sesudah ia yakin bahwa tidak ada gunanya menyiksa diri, barulah karena
keyakinannya sendiri, ia menemukan jalan yang dikehendakinya. Pada waktu ia
duduk di bawah pohon bodhi datanglah si dewa jahat menggoda, tapi dapat
dikalahkannya. Sesudah peristiwa iu, ia tahu sebab segala penderitaan didunia
ini, dan bagaimana cara menghilangkannya.[8]
Tapi lama ia bimbang, apakah ia akan menyebarkan
pengetahuannya itu atau tidak? Kemuadian ia menghadap kepada dewa Brahma dengan
memohon kepadanya atas nama para dewa dan semua manusia, supaya menyiarkan
pengetahuan ini. Sejak itulah Sidharta
menjadi Budha. Tepatnya ketia ia berusia 35 tahun, Ia menyiarkan keyakinannya
ke negeri-negeri suci selama 45 tahun. Ia melihat penganutnya semakin
bertambah, mulai dari rakyat biasa hingga kalangan kerajaan. Ketika berusia 80
tahun, ia meninggal atau dalam istilah
ke-Budha an ia naik ke Nirwana. Jenazahnya di bakar dengan upacara dengan
upacara kebesaran dan abunya di
bagi-bagikan kepada seluruh penganutnya. Lalu disimpan pula dalam stupa yang
istimewa.Bagi penganut budha, dinegerinya terdapat 4 tempat suci yaitu tempat
Budha lahir di Kapilawastu, pohon Bodhi dimana pikirannya terbuka, Benares
tempat ia mulai mengajarkan ajarannya, dan Kucinagara tempat Budha meninggal
dunia.[9]
B. PERKEMBANGAN
AGAMA BUDHA DI INDONESIA.
Secara
umum perkembangan agama budha di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tahap
yaitu: zaman Sriwijaya dan Majapahit, masa kolonialisme dan masa sesudah
kemerdekaan.
1. Kerajaan Agama Budha di zaman Kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit.
Untuk membuktikan keberadaan agama
budha pada zaman Sriwijaya dan Majapahit sangat terbatas, namun hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, serta beberapa
catatan sejarah dari para peziarah buddhis yang pernah berkunjung ke Indonesia[10].
Pada tahun 414 Masehi, Fa-Hien, seorang bhikku dari Cina pernah berkunjung ke
tanah Jawa dan melaporkan bahwa ajaran budha sudah di terapkan oleh sebagian
kecil masyarakat Jawa. Pada abad ke-5 Masehi, pemeluk agama Budha di Jawa masih
sangat sedikit. Pada abad ke-6 Masehi, agama budha tidak hanya di praktekkan
oleh penduduk Jawa, tapi juga memegang peranan penting dalam pemerintahan.
Selanjutnya agama budha berkembang pesat di pulau jawa yang dapat di buktikan
dengan banyaknya candi buddhis yang menyebar ke seluruh penjuru pulau Jawa.
Pada akhir abad ke-8 Masehi atau awal abad ke-9 Masehi, seorang Bhikku dari
Khasmir yang bernama Gunadharma datang ke pulau Jawa dan ikut dalam pendirian
candi Borobudur[11]
2. Agama Budha pada zaman Kolonial.
Setelah hilangnya dua kerajaan
besar, Sriwijaya dan Majapahit, ditambah dengan masuknya agama islam dan
kekuatan kolonial, agama budha boleh dikatakan sangat lemah keberadaanya di
Indonesia. Meskipun hanya tinggal dalam ingatan dan disampaikan secara turun
temurun, namun kepercayaan dan alam pikiran yang berhubungan dengan agama budha
masih terpelihara oleh sebagian masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Pada masa
kolonial agama budha berlembaga pada masyarakat Cina. Seperti dalam majalah
“Moestika Dharma” yang terbit pada tahun 1932 diketahui bahwa telah ada
organisasi buddhis yang terhimpun dalam “Java Buddhist Association”.
3. Agama Budha pada Masa Sesudah
Kemerdekaan.
Pada masa sesudah kemerdekaan,
perkembangan agama budha tidak lepas dari organisasi budhis, yaitu:
“Perkumpulan Sam Kaw Hwee di Indonesia”. Tempat tersebut untuk pertama kalinya
digunakan untuk memberikan ceramah-ceramah Dhamma dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan agama Buddha. Pada tahun 1979 dibentuk satu wadah untuk umat
Budha seluruh Indonesia dengan nama WALUBI (Perwalian Umat Budha Indonesia).
Pada tanggal 14 November 1998, KASI (Konferensi Agung Sangha Indonesia) di
bentuk di Jakarta sebagai wadah dari tiga sangha yang ada di Indonesia, yaitu
Sangha Mahayana di Indonesia, Sangha Agung Indonesia dan Sangha Theravada
Indonesia. Sangha artinya persaudaraan para bhikku (agamawan/rohaniwan
buddhis). KASI mempunyai tanggung jawab
dalam tugas yang berhubungan dengan pelestarian dan penyebaran ajaran Buddha
khususnya di Indonesia[12].
C.
MORALITAS BUDDHISME.
Secara ringkas moralitas buddhisme dapat ditemukan
dalam tiga kalimat yaitu: menghindari perbuatan buruk, menambah perbuatan baik,
dan membersihkan batin. Selanjutnya akan dipaparkan penjelasan etis dari muatan
lima peraturan moral. Lima peraturan moral buddhis mempunyai rumusan sebagai
berikut[13]:
1.
Menghindari pembunuhan makhluk hidup.
Pembunuhan
adalah membuat makhluk hidup meninggal sebelum waktunya. Kriteria suatu
perbuatan dikatakan sebagai pembunuhan apabila memenuhi lima syarat sebagai
berikut:
a.
Adanya makhluk hidup
b.
Mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup
c.
Berpikir untuk membunuhnya
d.
Berupaya untuk membunuhnya
e.
Makhluk itu mati melalui upaya tersebut.
Obyek pembunuhan adalah makhluk hidup, makhluk hidup
yang berwujud manusia dan binatang. Manusia dan binatang disebut makhluk hidup,
sebab yang disebut makhluk hidup adalah sesuatu wujud yang terdiri dari unsur
jasmani (materi) dan unsur batin. Binatang merupakan makhluk hidup sebab
binatang pun memiliki unsur jasmani dan batin. Untuk menilai berat atau
ringannya bobot pembunuhan yang dilakukan seseorang bisa dilakukan dengan
melihat obyek pembunuhan itu sendiri. Pembunuhan terhadap manusia jelas
mempunyai bobot perilaku lebih buruk daripada membunuh binatang. Tapi
pembunuhan manusia sendiri juga mempunyai tingkatan berat ringan bobot
perilakunya. Membunuh manusia jahat lebih ringan bobotnya daripada membunuh
manusia baik. Membunuh ayah dan ibu kandung serta orang suci mempunyai bobot
perilaku yang paling buruk. Sedangkan binatang pun terbagi menjadi beberapa
kriteriaberkenaan dengan berat ringannya perilaku pembunuhan. Terdapat binatang
yang berguna seperti ( kuda, kerbau, sapi ) dan binatang tidak berguna.
Sedangkan binatang tidak berguna pun terbagi menjadi dua macam: binatang tidak
berguna yang tidak merugikan seperti ikan, dan binatang tidak berguna yang
merugikan (tikus,wereng), membunuh binatang berguna lebih berat bobot kejahatannya
dibandingkan dengan membunuh binatang tidak berguna yang merugikan[14].
Berkenaan dengan kehendak atau berpikir untuk
membunuh, kehendak ini dapat:
a.
Direncanakan atau disengaja atau dikehendaki
b.
Tidak direncanakan.
2.
Menghindari pencurian
Pencurian adalah
mengambil (dengan niat memiliki) barang-barang yang tidak diberikan oleh
pemiliknya. Kriteria bisa dikatakan sebagai pencuri apabila memenuhi lima
syarat:
a.
Adanya suatu barang milik orang lain
b.
Mengetahui bahwa barang itu ada pemiliknya
c.
Berpikir untuk mencuri
d.
Berupaya untuk mencurinya
e.
Berhasil mencuri barang itu melalui upaya tersebut
Obyek barang milik orang lain dapat berupa benda hidup
misalnya binatang, maupun benda mati misalnya meja[15].
Nafsu-nafsu yang bisa menyebabkan munculnya kehendak untuk mencuri. Upaya
mencuri bisa terbentuk lewat tiga macam upaya pencurian yaitu:
a.
Pencurian langsung
b.
Pencurian tidak langsung
c.
Perbuatan yang serupa dengan pencurian[16]
Perbuatan mengambil barang orang lain tanpa meminta
izin dari pemiliknya ataupun diantara sesama teman bisa dikategorikan sebagai
pencuri.
3.
Menghindari perbuatan asusila
Perbuatan
asusila bermakna berbuat salah dalam hubungan seksual atau seringkali disebut
perzinaan. Kriteria dikatakan sebagai perbuatan asusila apabila memenuhi empat
syarat yaitu:
a.
Adanya orang yang tidak patut di gauli
b.
Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi orang tersebut
c.
Berupaya menyetubuhi
d.
Berhasil menyetubuhinya.
Dari sudut pria, terdapat tiga macam wanita yang
merupakan obyek-obyek yang tidak patut digauli, yaitu:
a.
Wanita yang telah menikah, kecuali digauli suaminya sendiri.
b.
Wanita yang masih dibawah pengawasan orang tua
c.
Wanita yang menurut adat istiadat di larang[17].
Berkenaan dengan obyek yang tidak patut digauli,
perilaku seksual terhadap sesama jenis kelamin (homo seks atau lesbian) tidak
termasuk dalam obyek yang disebutkan pada kriteria ini, binatang pun tidak
termasuk dalam kategori tersebut.
Kehendak atau berpikir untuk menyetubuhi orang yang
tidak patut digauli itu pada umumnya berakar pada nafsu keserakahan dan
kebodohan. Nafsu birahi sendiri merupakan salah satu dari nafsu keserakahan,
sebab nafsu birahi bercorak keinginan untuk memiliki suatu kenikmatan seksual[18].
4.
Menghindari ucapan tidak benar
Ucapan tidak
benar bermakna mengucapkan sesuatu yang bukan merupakan kebenaran. Kriteria
suatu ucapan tidak benar apabila memenuhi empat syarat sebagai berikut:
a.
Adanya hal yang tidak benar
b.
Mempunyai pikiran untuk berdusta
c.
Berupaya berdusta
d.
Orang lain mempercayainya
Obyek berkata tidak benar adalah hal yang tidak benar.
Keterangan palsu, yang dimaksud adalah keterangan palsu yang dapat menimbulkan
kerugian orang lain. Misalnya menjadi saksi hukum yang palsu. Akan lain hal nya
apabila seorang dokter berkata tidak benar terhadap pasiennya yang menderita
penyakit berat, hal ini akan menjadi tidak melanggar peraturan moral apabila
dilakukan dengan tujuan supaya tidak menimbulkan kecemasan yang dapat memper
parah kesehatannya.
Upaya berbicara tidak benar dapat terjadi dari tiga
macam:
a.
Kebohongan
b.
Penghasutan
c.
Melanggar janji[19]
5.
Menghindari perbuatan yang menyebabkan mabuk atau ketagihan
Pemabuk bermakna
meminum atau menggunakan sesuatu yang bisa memabukkan atau membuat tak sadar
diri. Kriteria perbuatan ini adalah:
a.
Adanaya sesuatu yang dapat menyebabkan ketagihan
b.
Mempunyai keinginan untuk meminumnya atau menggunakannya
c.
Meminum atau menggunakannya
d.
Timbul gejala mabuk
Obyek yang menyebabkan ketagihan adalah:
a.
Semua jenis minuman yang memabukkan
b.
Barang cair, padat maupun gas yang bila digunakan atau di masukkan dalam
tubuh bisa membuat lemahnya kesadaran dan menimbulkan ketagihan.[20]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sejarah agama Buddha di mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Budha terbentuk
dari kata kerja “budh” yang artinya bangun, bangun dari dalam kesesatan dan
keluar ditengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Agama Budha lahir dari
seorang manusia keturunan kerajaan, namun telah mendapat pencerahan.
Dalam
perkembangannya, agama Budha juga memasuki wilayah indonesia. Secara umum
perkembangan agama budha di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
zaman Sriwijaya dan Majapahit, masa kolonialisme dan masa sesudah kemerdekaan. Secara ringkas moralitas buddhisme dapat ditemukan
dalam tiga kalimat yaitu: menghindari perbuatan buruk, menambah perbuatan baik,
dan membersihkan batin.
Dalam
agama Budha tidak ada ajaran tentang Tuhan, kewajiban manusia terhadap tuhan,
dan sebagainya. Seperti yang terdapat dalam agama-agama lain. Dewa dalam agama
Budha bersifat seperti makhluk yang takluk terhadap hukum alam “rusak” dan
“berubah” seperti manusia. Budha Gautama sendiri
bukanlah Tuhan atau penjelmaan Tuhan didunia ini, melainkan seorang manusia
biasa. Dalam tradisi tathagatagarbha, Buddha diidentifikasi dengan Dharmakaya,
Realitas Tertinggi, yang memiliki sifat-sifat dewa-seperti keabadian, sifat
gaib dan kekekalan. Buddha diambil sebagai Tuhan, sebagai Realitas Tertinggi
itu sendiri yang turun ke bumi dalam bentuk manusia untuk kebaikan umat manusia
Konsep Buddha, tidak pernah sebagai pencipta tetapi sebagai Cinta Ilahi bahwa
atas dasar kasih (karuna) diwujudkan dirinya dalam bentuk manusia untuk
mengangkat penderitaan kemanusiaan.
Dalam agama Buddha dipercayai bahwa
adanya suatu proses kelahiran kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang
ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami tumimbal lahir selama
makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucian Arahat. Alam kelahiran
ditentukan oleh karma makhluk tersebu
B. SARAN
Sebagai
manusia yang lahir dan tumbuh dinegara yang penuh dengan keberagaman, kita
sudah seharusnya menyadari akan kewajiban kita untuk mengfungsionalkan ajaran
tentang toleransi, kerukunan, saling menghargai, dsb. Agar tercipta kehidupan
yang harmoni dan damai. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemahaman dan
pengetahuan tentang bermacam-macam aspek yang berkembang di negara kita, salah
satunya tentang agama yang juga beragam, karena dengan mengetahui dan memahami
yang lain, merupakan dasar terciptanya kerukunan dalam keberagaman.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_agama_Buddha/29-03-2015,14:03
[3] Ibid
[4] Ibid
[5] Smith,Huston.Agama-agama
manusia.(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia),hlm.107
[7] ibid
[8] Ibid
[10] Wiwin Siti Aminah, Sejarah Teologi Dan Etika Agama-agama,
Yogyakarta:DIAN/INTERFIDEI, 2005, hlm.24
[11] Ibid.hlm.25
[12] Ibid.hlm.26
[13] Ibid.hlm.288
[14] Ibid.hlm.292
[15] Ibid.hlm.294
[16] Ibid.hlm.295
[17] Ibid.hlm.296
[18] Ibid.hlm.297
[19] Ibid.hlm.299
[20] Ibid.hlm.300
Komen
BalasHapus,,,Smangat lut presentasinya,,,, siipp,, ^_^
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMoralitas budhisme mengandung 3 ajaran yaitu, menghindari perbuatan buruk, menambah perbuatan baik, dan membersihkan batin. Lalu bagaimana konsep pahala atau dosa bagi umat budha yang melaksanakan maupun melanggar ajaranya tersebut. Mohon jelaskan!
BalasHapussalam Panda ^-*
Agree in dis agreement. .hahaha
BalasHapusLalu bagaimana konsep dosa atau karma ketika seorang budha memaksakan diri untuk bertabiat baik pada umat agama lain?
Agama budha identik dengan gaya hidup vegetarian, apakah itu suatu ajaran dari agama budha ataukah ada alasan lain?... tolong dijelaskan
BalasHapusbagaimana hukum karma dalam agama budha?
BalasHapusbagaimana penyebaran agama budha pada masa itu?dan bagaimana respon masyarakatnya
BalasHapusapakah agama budha pada saat ini juga masih mmengalami perkembangana?
BalasHapusdengan cara/jalur apa penyebaran agama budha? apa mugkin dakwah?
BalasHapusmenambah wawasan
BalasHapusapakah proses pencerahan sidarta gautama sama seperti pencerahan yang terjadi pada diri para rosul dan nabi,dan apakah sidarta itu termasuk salah satu nabi karena menurut sejarah jumlah nabi dan rosul ada 124000.tolong dijelaskan!...
BalasHapusmau tanya pertanyaan yang sama,,, kenapa sih orang budha kok gundul-gundul? apa filosofinya?? trimakasih... :)
BalasHapusmbak itul dilarang ngambek.., kan mau ulang tahun...
kalo di serial "kera sakti" kan ada tuh yang namanya DEWI KWAN IM.. siapa sih sebenarnya sang dewi tersebut????? :D heheee....
BalasHapusapa konsekuensinya meninggalkan moralitas Buddhisme? tolong dijelaskan
BalasHapusgood job... ;)
BalasHapus